Pentingnya KB pada Lelaki Selama ini, program Keluarga Berencana (KB) identik dengan perempuan. Namun, laki-laki juga memiliki peran penting. KB bukan hanya tanggung jawab istri. Suami pun wajib berpartisipasi. Tanpa kerja sama, program ini tidak efektif.
Partisipasi pria sangat dibutuhkan. Baik dalam pengambilan keputusan, maupun dalam praktik KB itu sendiri. Maka dari itu, kesadaran laki-laki harus ditingkatkan. Bukan hanya untuk kesehatan istri. Tetapi juga untuk kesejahteraan keluarga.
1. Pentingnya KB pada Lelaki
Selama ini, perempuan memikul beban KB sendirian. Mereka menggunakan pil, suntik, spiral, atau implan. Akibatnya, efek samping pun sering dirasakan oleh istri. Sementara itu, suami hanya menjadi pengamat.
Oleh karena itu, perlu ada kesetaraan. Suami sebaiknya ikut serta dalam program KB. Salah satunya dengan menggunakan kondom. Alat ini cukup efektif dan mudah digunakan.
Selain itu, metode vasektomi juga bisa menjadi pilihan. Vasektomi adalah prosedur medis untuk pria. Fungsinya menghentikan aliran sperma. Prosedur ini aman dan tidak memengaruhi gairah seksual.
Namun demikian, masih banyak laki-laki yang enggan melakukan vasektomi. Alasan mereka beragam. Mulai dari rasa takut, kurang informasi, hingga stigma masyarakat. Padahal, vasektomi tidak membuat pria jadi lemah.
Sebagai contoh, di beberapa negara maju, vasektomi sangat umum. Bahkan, menjadi metode Pentingnya KB pada Lelaki utama.
Tak hanya itu, suami yang terlibat dalam KB menunjukkan cinta dan kepedulian. Mereka tidak hanya menyerahkan semua beban pada istri. Mereka ikut melindungi kesehatan pasangan.
Lebih lanjut, keputusan bersama soal KB memperkuat ikatan pernikahan. Suami dan istri bisa berdiskusi. Mereka juga bisa memilih metode yang sesuai. Dengan begitu, komunikasi menjadi lebih sehat.
Intinya, KB bukan hanya urusan perempuan. Laki-laki pun harus aktif. Jika semua pihak terlibat, hasilnya akan lebih maksimal. Program KB pun lebih berhasil.
2. Manfaat Kesehatan dan Ekonomi yang Nyata
KB bukan hanya soal jumlah anak. KB juga berdampak pada kesehatan dan ekonomi keluarga. Jika jumlah anak direncanakan, maka pengasuhan jadi lebih baik. Kesehatan ibu dan anak pun lebih terjamin.
Sebagai contoh, jarak kehamilan yang terlalu dekat berisiko tinggi. Ibu bisa kelelahan. Anak pun tidak mendapat perhatian optimal. Akibatnya, tumbuh kembang terganggu. Oleh karena itu, KB sangat penting.
Di sisi lain, dengan KB, keluarga bisa mengatur keuangan. Anak yang sedikit lebih mudah dipenuhi kebutuhannya. Mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga gizi.
Selain itu, dengan peran aktif suami dalam KB, pengeluaran kesehatan berkurang. Tidak perlu lagi membeli alat kontrasepsi yang mahal untuk istri. Misalnya, implan dan IUD membutuhkan biaya besar.
Tak hanya itu, KB juga membantu pengendalian penduduk. Negara yang padat penduduknya cenderung menghadapi masalah besar. Mulai dari kemiskinan, pengangguran, hingga lingkungan yang rusak.
Lebih lanjut, KB bisa meningkatkan produktivitas. Jika pasangan tidak sering hamil, maka aktivitas ekonomi tetap berjalan. Ibu bisa membantu keuangan keluarga. Suami pun bisa lebih fokus bekerja.
Oleh sebab itu, laki-laki harus melihat KB sebagai investasi masa depan. Bukan sekadar menghindari kehamilan. Tapi juga demi kualitas hidup keluarga.
3. Menghapus Mitos dan Stigma yang Salah
Banyak laki-laki menolak KB karena mitos. Mereka takut lemah, tidak subur, bahkan impotensi. Padahal, semua itu tidak benar. Mitos-mitos ini perlu diluruskan.
Misalnya, banyak yang percaya bahwa vasektomi membuat pria tidak bisa berhubungan seksual. Ini keliru. Vasektomi hanya memotong saluran sperma. Bukan menghilangkan gairah atau kemampuan pria.
Selain itu, banyak juga yang malu memakai kondom. Mereka menganggap kondom mengurangi kenikmatan. Padahal, kondom modern dibuat senyaman mungkin. Bahkan, bisa meningkatkan pengalaman seksual jika digunakan dengan benar.
Tak hanya itu, ada juga anggapan bahwa pria sejati tidak perlu KB. Semakin banyak anak dianggap semakin hebat. Ini adalah budaya lama yang harus diubah. Kini, kualitas keluarga lebih penting daripada kuantitas.
Lebih lanjut, pria juga merasa KB menurunkan harga diri. Mereka takut dianggap tidak perkasa. Padahal, justru pria yang berani ikut KB menunjukkan tanggung jawab tinggi.
Sebagai contoh, banyak tokoh publik yang mempromosikan KB pria. Mereka terbuka soal vasektomi. Mereka juga mendukung kampanye edukasi tentang kondom. Hal ini memberi dampak besar.
Namun demikian, perubahan budaya memang tidak mudah. Perlu waktu. Perlu pendekatan yang lembut. Edukasi harus dilakukan terus menerus.
Di sisi lain, pemerintah dan lembaga terkait harus gencar menyampaikan informasi. Mereka harus menjangkau komunitas. Mereka juga harus melibatkan tokoh agama dan adat.
4. Strategi dan Dukungan untuk Meningkatkan Partisipasi Pria
Partisipasi pria dalam KB tidak akan tumbuh sendiri. Perlu strategi. Perlu dukungan dari semua pihak. Baik dari pemerintah, masyarakat, maupun keluarga.
Pertama, pendidikan sejak dini harus di mulai. Remaja laki-laki harus di beri pemahaman soal peran mereka. Bukan hanya soal tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Tapi juga sebagai mitra yang peduli.
Selanjutnya, pelayanan KB harus ramah pria. Selama ini, kebanyakan klinik lebih fokus pada perempuan. Konselor dan tenaga medis perlu di latih untuk melayani pria.
Selain itu, penyediaan alat kontrasepsi pria harus di perbanyak. Kondom harus mudah di dapat. Vasektomi harus bisa di akses dengan biaya terjangkau. Bahkan, jika perlu, gratis untuk masyarakat miskin.
Media massa bisa berperan besar. Baik melalui iklan, film, maupun media sosial. Pesan-pesan positif akan membentuk opini publik.
Lebih lanjut, para tokoh masyarakat harus di ajak bicara. Mereka punya pengaruh besar. Jika mereka memberi contoh baik, masyarakat akan mengikuti.
Di sisi lain, istri juga berperan. Mereka bisa mendukung suami untuk ikut Pentingnya KB pada Lelaki. Mereka bisa berdiskusi dan berbagi informasi. Hubungan suami istri pun jadi lebih terbuka.
Namun demikian, perubahan tidak bisa instan. Butuh waktu. Butuh proses. Tapi jika semua pihak bergerak, hasilnya akan terlihat.
Sebagai contoh, beberapa daerah telah sukses meningkatkan partisipasi pria. Mereka membentuk kelompok KB pria. Mereka juga membuat program khusus untuk edukasi laki-laki.
Penutup: KB adalah Tanggung Jawab Bersama
KB bukan sekadar alat. Bukan juga sekadar program. KB adalah bagian dari kehidupan berkeluarga. KB adalah wujud tanggung jawab dan kasih sayang.
Selama ini, perempuan menanggung beban berat. Kini saatnya laki-laki hadir. Bukan hanya sebagai penonton. Tapi sebagai pelaku yang aktif.
Dengan ikut KB, laki-laki menunjukkan bahwa mereka peduli. Mereka sayang keluarga. Mereka juga ingin hidup yang lebih baik.
Maka dari itu, mari ubah pandangan. Mari hapus stigma. Mari jadikan Pentingnya KB pada Lelaki sebagai tanggung jawab bersama. Baik suami maupun istri. Sebab, keluarga harmonis dimulai dari saling peduli.